FILSAFAT ILMU: ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI DAN AKSIOLOGI

BAHAN AJAR MK. FILSAFAT ILMU ONLINE BERBASIS FREE WEBLOG. "Pikiran adalah Pemberian Tuhan. Berpikir Mendalam terhadap realitas adalah bagian dari mengasihi Tuhan dan Sesama". Blog ini dikelola Oleh: Dr.Yonas Muanley, M.Th., Dosen Tetap STT IKSM Santosa Asih Jakarta

Artikel Terbaru

Friday, April 5, 2019

Kebenaran langsung dan Proses

Filsafat berorientasi pada pemikiran yang mendalam/radikal sampai kepada inti masalahnya dan menemukan apa yang disebut kebenaran. Dalam konteks kebenaran, saya membedakan dua kebenaran, yaitu kebenaran proses (berpikir) dan kebenaran langsung (wahyu). Dua kebenaran ini saya jelaskan sebagai berikut.

1. Kebenaran Langsung

Kebenaran langsung adalah pernyataan-pernyataan yang benar yang terjadi tanpa melalui proses berpikir. Artinya adanya ke-benar-an dalam pernyataan tersebut bukan melalui proses berpikir dari yang mengeluarkan atau menuangkan pernyataan tersebut tetapi kebenaran itu langsung dari Tuhan. Kebenaran yang dimaksudkan disini adalah firman Tuhan (Alkitab) atau ke-benar-an Alkitab. Dengan kata lain Bible yang didalamnya merupakan wahyu TUHAN, diyakini sebagai kebenaran langsung dan yang ada bukan melalui riset dengan memakai berbagai metode dan hipotesis untuk mendapatkan pernyataan dari Allah tetapi pernyataan itu diwahyukan Tuhan kepada manusia Misalnya “Allah berfirman maka jadilalah langit dan bumi … “ kebenaran pernyataan ini tidaklah melalui proses berpikir yang panjang dalam waktu yang relative panjang sebagaimana yang terjadi dalam disiplin ilmu pengetahuan dan filsafat untuk menemukan kebenaran suatu pernyataan. Dengan kata lain kebenaran pernyataan : Allah berfirman maka “jadilah langit dan bumi”. Kalimat ini saya pikir tidak muncul karena Musa telah berpikir dalam waktu yang relative lama untuk menemukan kata “berfirmanlah Tuhan”
Adanya pernyataan-pernyataan firman Tuhan dalam Alkitab bukan melalui proses berpikir yang panjang. Jika dikatakan demikian maka bagian ini hendaknya tidak dapat dipahami bahwa ketika para penulis Alkitab mendapat Wahyu kemudian menulisnya tidak menggunakan pikiran, mereka tetap menggunakan pikiran tetapi yang dimaksudkan disini adalah pada waktu Tuhan memberi wahyu dan wahyu itu disampaikan dalam kata-kata penulis Alkitab itu tidak terjadi melalui proses berpikir yang panjang atau melalui penelitian sebagaimana yang dilakukan dalam penelitian ilmiah untuk mendapatkan sebuah pernyataan teori yang di dalamnya mengandung kebenaran.

Dalam Old Covenan dan New Covenant, Tuhan memakai kurang lebih 40 orang dari berbagai latar belakang social, “ada yang dari gembala domba, ada beberapa guru besar, seorang dokter, beberapa nelayan, seorang pemungut cukai, beberapa orang berpendidikan cukup, sedangkan lainnya hanya memiliki sedikit pengetahuan akademis pada masanya”.
Pandangan Clemens dari Alexandria sebagaimana yang dikutip oleh Tone Lane dalam bukunya yang berjudul Runtut Pijar Sejarah Pemikiran Kristiani, seperti berikut: “Karena Allah adalah asal dari segala yang baik: ada yang disebabkannya secara langsung, seperti Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru; ada yang disebabkan secara tidak langsung, seperti filsafat”.
Pandangan Clemens dari Alexandria sebagaimana yang dikutip oleh Tone Lane dalam bukunya yang berjudul Runtut Pijar Sejarah Pemikiran Kristiani, seperti berikut: “Karena Allah adalah asal dari segala yang baik: ada yang disebabkannya secara langsung, seperti Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru; ada yang disebabkan secara tidak langsung, seperti filsafat”.
Jadi, kebenaran langsung adalah Firman Hidup (Tuhan Yesus Kristus) dan Firman Tertulis. Koherensi, korespondensi dan pragmatis dari kebenaran kesimpulan ini adalah pernyataan dalam Alkitab.

2. Kebenaran Melalui Proses Berpikir (Kebenaran Ilmu Pengetahuan )

Berpikir dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian: berpikir pseudo ilmiah; berpikir awam; berpikir ilmiah dan berpikir filosofis. Berpikir secara filsafat dapat diartikan sebagai berpikir yang sangat mendalam sampai hakikat, atau berpikir secara global/menyeluruh, atau berpikir yang dilihat dari berbagai sudut pandang pemikiran atau sudut pandang ilmu pengetahuan. Berpikir yang demikian ini sebagai upaya untuk dapat berpikir secara tepat dan benar serta dapat dipertanggung jawabkan dengan kriteria. Seperti: Sistematis; konsepsional; koheren, rasional; sinoptik; mengarah pada pandangan dunia.
Teori kebenaran menurut sumber ini: berpikir secara tepat dan benar dan dapat dipertanggungjawabkan harus memenuhi enam kriteria tersebut. Jika demikian bagaimana maksud dari setiap kriteria tersebut:
Harus Sistematis
Pemikiran yang sistematis ini dimaksudkan untuk menyusun suatu pola pengetahuan yang rasional. Sistematis adalah masing-masing unsure saling berkaitan satu dengan yang lain secara teratur dalam suatu keseluruhan.
Harus Konsepsional
Konsepsional berkaitan dengan ide (gambaran) yang melekat pada akal pikiran yang berada dalam intelektual. Jadi, arti konsepsional adalah suatu upaya untuk menyusun suatu bagan yang terkonsepsi
Harus Koheren
Koheren atau runtut adalah unsure-unsurnya tidak boleh mengandung uraian-uraian yang bertentangan satu sama lain. Dengan kata lain koheren berarti memuat suatu kebenaran logis. Sebaliknya , apabila suatu uraian yang didalamnya tidak memuat kebenaran logis, maka uraian tersebut tidak koheren.

Harus Rasional
Maksudnya unsure-unsurnya berhubungan secara logis. Artinya, pemikiran filsafat harus diuraikan dalam bentuk yang logs, yaitu suatu bentuk kebenaran yang mempunyai kaidah-kaidah berpikir (logika).

Harus Sinoptik
Sinoptik artinya pemikiran filsafat harus melihat hal-hal secara menyeluruh atau dalam kebersamaan secara integral.
Harus mengarah kepada pandangan dunia
Maksudnya adalah pemikiran filsafat sebagai upaya untuk memahami semua realitas kehidupan dengan jalan menyusun suatu pandangan (hidup) dunia, termasuk di dalamnya menerangkan tentang dunia dan semua hal yang berada di dalamnya (dunia).


No comments:

Post a Comment