FILSAFAT ILMU: ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI DAN AKSIOLOGI

BAHAN AJAR MK. FILSAFAT ILMU ONLINE BERBASIS FREE WEBLOG. "Pikiran adalah Pemberian Tuhan. Berpikir Mendalam terhadap realitas adalah bagian dari mengasihi Tuhan dan Sesama". Blog ini dikelola Oleh: Dr.Yonas Muanley, M.Th., Dosen Tetap STT IKSM Santosa Asih Jakarta

Artikel Terbaru

Friday, November 23, 2018

Aliran-aliran Ontologi


Aliran-aliran Ontologi
berontologi tentang kecantikan

Ketika kita mempelajari Ontologi maka secara filsafat sebagai ilmu memahami hakikat realitas atau kenyataan dengan dua cara pandang tentang realitas itu, yaitu:

1. Cara Pandang Kuantitatif. Menurut pandangan ini hakikat realitas itu tunggal. Dengan kata lain pendekatan kuantitatif terhadap realitas adalah bahwa hakikat kenyataan itu tunggal. Oleh karenanya dalam mencari kebenaran empiris (fakta lapangan), pendekatan kuantitatif terpola dengan menggunakan metodologi kuantitatif. Hal ini bergantung pada paradigma kuanttatif yang memandang realitas yang diteliti itu tunggal. Dengan begitu realitas yang diteliti itu dapat menggunakan olah data yang diperoleh dari populasi penelitian (kenyataan yang sesuai fakta) dengan menggunakan alat yang disebut SPS, atau olah data dengan menggunakan olah data statistik.
Filsafat kuantitatif mempertanyakan kenyataan dengan mempertanyakan apakah kenyataan itu tunggal atau jamak? Jawabannya yaitu realitas itu tunggal.

2. Cara Pandang Kualitatif. Menurut pandangan ini filosofis (filsafat dalam arti ilmu) terhadap realitas memandang realitas itu jamak dan bukan tunggal. Oleh karena realitas atau kenyataan itu jamak maka pendekatan dengan bantuan oalh data secara statistik tidak mampu mengungkapkan variabel (salah satu atau beberapa realitas penelitian yang diteliti) tidak dapat diungkap secara mendalam. Paradigma berpikir ini mempengaruhi cara mendapatkan pengetahuan yang benar tentang realitas yang diteliti dengan kesetiaan menggunakan metodologi penelitian kualitatif.
Menurut Kuantitatif, filosofis terhadap realitas yaitu bahwa kenyataan (realitas) tersebut memiliki kualitas tertentu, seperti misalnya daun yang memiliki warna kehijauan, bunga mawar yang berbau harum (dikembangkan dari Wikpedia)

Beberapa aliran dalam bidang ontologi, yakni Monisme, Dualisme, Materialisme, Idelalisme, Agnostisisme

1. Monisme

Menurut Monisme, realitas atau hakikat dari segala sesuatu yang ada adalah satu saja, baik yang ada itu berupa materi maupun rohani yang menjadi sumber dominan dari yang lainnya. Filsuf-filsuf yang mengembangkan cara berpikir ini yaitu: Thales, Demokritos, dan Anaximander Plato dan Aristoteles. Termasuk juga filsuf modern seperti I. Kant dan Hegel menganut paham monisme, terutama pada pandangan Idealisme filsuf modern seperti Kant dan Hegel. Kita masih ingat, filsafat Thales tentang ada (realitas). Menurut Thales, air adalah penyebab segala yang ada. Tanpa air tidak ada kehidupan. Dengan demikian air adalah penyebab ada yang lain. Kesimpulan Thales yakni: “air merupakan substabsi terdalam yang merupakan asal mula dari segala sesuatu”. Boleh saja disimpulkan bahwa menurut Thales, segala sesuatu berasal dari satu substansi saja.

Apakah begitu? Saya kira ide bahwa segala sesuatu berasal dari satu substansi tetapi bukan dari air. Air berasal dari satu substansi yang meng-ada-kan, yaitu pencipta air. Jawaban ilmu biologi, pohon-pohon memberi kontribusi sumber air. Namun pohon bukan penyebab ada yang lain. Proses berfilsafat demikian membutuhkan teologi. Menurut Teologi, TUHANlah pencipta segala yang ada. Jadi, TUHAN itu ada. Segala keberadaan bergantung pada satu keber-ada-an.

2. Dualisme

Menurut Dualisme, keberadaan itu terdiri dari dua hakikat, yaitu materi dan jasmani/spiritual. Dua hakikat ini masing-masing memiliki kebebasan untuk berdiri sendiri, keduanya sama-sama abadi dan asali. Dengan kata lain, materi dan spiritual itu kekal. Hubungan kedua hakikat inilah yang menciptakan kehidupan dalam alam ini.Dualisme mengambil contoh dalam diri manusia. Manusia terdiri dari materi dan rohani. Para filsuf yang memiliki cara berpikir seperti ini yatu Descartes, Aristoteles. Aristoteles menamakan kedua hakikat itu sebagai materi dan forma (bentuk yang berupa rohani saja) (dikembangkan dari Wikipedia)

3. Materialisme

Aliran ini menyatakan bahwa realitas atau yang ada hanyalah materi dan bahwa segala sesuatu yang lainnya yang kita sebut jiwa atau roh tidaklah merupakan suatu kenyataan yang berdiri sendiri. Dalam Materialisme terdapat paham yaitu jiwa atau roh itu hanyalah merupakan proses gerakan kebendaan dengan salah satu cara tertentu. (Pengembangan dari Wikipedia)

4. Naturalisme

Menurut Naturalisme, yang ada hanyalah alam. Alam saja yang ada, yang lainnya di luar alam tidak ada. (Tuhan yang di luar alam tidak ada). Sedangkan yang dimaksud alam (natural) yaitu segala-galanya meliputi benda dan roh. Filsuf seperti Thales (625-545 s.M) menganggap bahwa unsur asal itu air. Sedangkan filsuf lainnya yakni Anaximandros (610-545 s.M) menganggap bahwa unsur asal itu apeiron yakni suatu unsur yang tak terbatas. Anaximenes (585-528 s.M) menganggap bahwa unsur asal itu udara. Seorang filsuf terkenal dari Naturalisme yaitu Demokritos (460-360 s.M) menyatakan bahwa hakikat alam ini merupakan atom-atom yang banyak jumlahnya tak dapat dihitung dan sangat halus. Atom-atom itulah yang menjadi asal kejadian peristiwa alam.

5. Idealisme

Menurut Idealisme hakikat kenyataan yang beraneka warna itu semua berasal dari roh (sukma) atau yang sejenis dengan itu. Intinya sesuatu yang tidak berbentuk dan yang tidak menempati ruang. Dengan begitu, faham yang ada dalam idealisme yaitu materi atau zat itu hanyalah suatu jenis dari pada penjelmaan roh. Manusia menganggap roh lebih berharga, lebih tinggi nilainya dari materi bagi kehidupan manusia. Roh dianggap sebagai hakikat yang sebenarnya, sehingga materi hanyalah badannya, bayngan atau penjelmaan saja (Wikipedia).

6. Agnostisisme

Menurut Agnostisisme, manusia mampu mengetahui hakikat yang ada baik yang berupa materi ataupun yang rohani. Oleh karena itu tidak heran jika Agnostisime menolak pengetahuan manusia tentang hal yang transenden. Filsuf yang memiliki paham Agnostisisme adalah para filosof Eksistensialisme, seperti: Jean Paul Sartre. Menurut Jean Paul Sartre yang juga seorang Ateis, menyatakan sebuah pernyataan: tidak ada hakikat ada (being) manusia, tetapi yang ada adalah keberadaan (on being)-nya. Pendapat ini kita maklumi karena Jean Paul Sartre adalah seorang Ateis (tidak percaya adanya TUHAN)

Ada beberapa istilah yang perlu kita ketahui, istilah-istilah ini berkorelasi langsung dengan ontologi. Istilah-istilah yang dimaksud yakni:

1. yang-ada (being)
2. kenyataan/realitas (reality)
3. eksistensi (existence)
4. esensi (essence)
5. substansi (substance)
6. perubahan (change)
7. tunggal (one)
8. jamak (many)

Kita patut memperhatikan ontologi karena setiap bidang keilmuan memiliki ontologi. Tidak ada ilmu tanpa ontologi. Dengan demikian ontologi berguna untuk studi ilmu empiris seperti Pendidikan, Sosiolologi, Antropologi dll.

Selamat ber-Ontologi

No comments:

Post a Comment